Pirfenidone adalah salah satu obat yang semakin dikenal dalam dunia medis, khususnya dalam penanganan fibrosis paru idiopatik (Idiopathic Pulmonary Fibrosis/IPF). Penyakit ini adalah kondisi langka yang menyebabkan jaringan paru-paru menjadi kaku dan rusak, sehingga mengganggu fungsi pernapasan. Obat ini membantu memperlambat perkembangan penyakit tersebut. Dalam artikel ini, kita akan membahas lebih jauh tentang Pirfenidone, bagaimana cara kerjanya, efek samping, serta manfaatnya bagi penderita fibrosis paru.
Apa Itu Pirfenidone?
Pirfenidone adalah obat anti-fibrotik yang bekerja dengan cara mengurangi peradangan dan pembentukan jaringan parut di paru-paru. Obat ini pertama kali disetujui untuk pengobatan fibrosis paru idiopatik pada tahun 2011 di Uni Eropa dan di Amerika Serikat oleh FDA pada tahun 2014. Di Indonesia, obat ini mulai dikenal dan digunakan sebagai salah satu opsi terapi utama bagi pasien yang didiagnosis dengan IPF.
Fibrosis paru idiopatik sendiri adalah penyakit yang penyebabnya belum diketahui secara pasti. Namun, gejala utamanya meliputi batuk kering yang berkepanjangan dan kesulitan bernapas. Bila tidak diobati, penyakit ini dapat berujung pada penurunan fungsi paru yang signifikan.
Bagaimana Cara Kerja Pirfenidone?
Pirfenidone bekerja dengan menghambat produksi protein-protein tertentu yang berperan dalam proses pembentukan jaringan parut di paru-paru, seperti transforming growth factor-beta (TGF-β) dan tumor necrosis factor-alpha (TNF-α). Dengan menghambat aktivitas protein ini, Pirfenidone mampu memperlambat proses fibrosis atau pengerasan jaringan paru-paru.
Selain itu, Pirfenidone juga memiliki sifat anti-inflamasi yang membantu mengurangi peradangan di paru-paru. Kombinasi dari efek anti-fibrotik dan anti-inflamasi ini membuatnya menjadi pilihan yang efektif untuk mengelola IPF.
Dosis dan Cara Penggunaan Pirfenidone
Pirfenidone tersedia dalam bentuk kapsul atau tablet. Dosis awal biasanya diberikan secara bertahap untuk mengurangi risiko efek samping. Umumnya, dosis awal adalah 267 mg tiga kali sehari, yang kemudian ditingkatkan hingga dosis pemeliharaan 801 mg tiga kali sehari.
Obat ini sebaiknya dikonsumsi bersama makanan untuk mengurangi risiko gangguan pencernaan. Pasien juga harus mengikuti anjuran dokter secara ketat dan tidak menghentikan pengobatan tanpa konsultasi terlebih dahulu, karena penghentian mendadak dapat memperburuk kondisi.
Efek Samping Pirfenidone
Seperti obat lainnya, Pirfenidone juga memiliki efek samping yang perlu diperhatikan. Beberapa efek samping yang umum terjadi meliputi:
- Mual dan Muntah
Ini adalah efek samping yang sering dilaporkan oleh pengguna, terutama pada awal pengobatan. Mengonsumsi obat dengan makanan dapat membantu mengurangi mual. - Diare
Diare ringan hingga sedang juga sering terjadi, meskipun jarang memerlukan penghentian pengobatan. - Reaksi Kulit terhadap Sinar Matahari
Pirfenidone meningkatkan sensitivitas kulit terhadap sinar matahari. Oleh karena itu, pasien disarankan menggunakan tabir surya dan pakaian pelindung saat berada di luar ruangan. - Penurunan Nafsu Makan
Penurunan nafsu makan sering kali disertai dengan penurunan berat badan. Jika hal ini berlanjut, konsultasikan dengan dokter.
Manfaat Pirfenidone bagi Pasien Fibrosis Paru
Penelitian telah menunjukkan bahwa Pirfenidone dapat memperlambat laju penurunan kapasitas vital paru-paru hingga 50%. Hal ini berarti pasien yang mengonsumsi Pirfenidone memiliki kualitas hidup yang lebih baik dan harapan hidup yang lebih tinggi dibandingkan mereka yang tidak menerima pengobatan.
Selain itu, penggunaan jangka panjang Pirfenidone telah terbukti dapat mengurangi risiko rawat inap akibat komplikasi pernapasan. Meski tidak menyembuhkan IPF, obat ini memberikan harapan bagi pasien untuk menjalani kehidupan yang lebih baik dengan gejala yang terkendali.
Meski memiliki efek samping, manfaat yang ditawarkannya jauh melebihi risikonya. Oleh karena itu, konsultasi rutin dengan dokter sangat penting untuk memastikan bahwa pengobatan ini berjalan dengan aman dan efektif.
sumber : https://pafibangkokota.org/