
Indonesia – Komisi X DPR RI ikut mendukung aksi pemain Liga 1 yang menyurati Presiden Joko Widodo terkait nasib kompetisi. Ketua Komisi X DPR, Syaiful Huda, menyebut kompetisi sepak bola sangat keterkaitan dengan masalah ekonomi.
Sudah genap 500 hari, sepak bola Indonesia tak dihiasi oleh liga. Piala Menpora memang sempat hadir. Tapi cuma sebatas kegembiraan semu. Sebab, persaingan semestinya jelas tercipta pada Liga 1 2021-22.
Kondisi itu akhirnya bikin para pemain jengah. Mereka yang tergabung dalam Asosiasi Pesepak bola Profesional Indonesia (APPI) akhirnya mengirimkan surat terbuka kepada Presiden Jokowi. Aksi itu nyatanya mendapat dukungan dari DPR RI.
“Kami mendukung langkah pemain (APPI) yang mengirimkan surat terbuka kepada Presiden Joko Widodo agar kompetisi sepakbola bisa digelar kembali. Kami juga mendukung langkah PSSI dan Kemenpora yang terus berusaha menyiapkan pranata agar kompetisi bisa digelar dengan aman terutama dari sisi Kesehatan,” kata Syaiful Huda dalam rilisnya.

“Ada pemain sepak bola profesional yang akhirnya harus menjadi Satpam, menjadi pedagang kaki lima, hingga menjadi ojek online. Situasi ini sungguh memprihatinkan karena mereka juga luput dari bantuan pemerintah karena selama ini dipandang mempunyai penghasilan layak,” sambung dia.
Menurutnya, Liga 1 2021-22 sebenarnya cukup aman untuk diselenggarakan. Sebab, bukan cuma ada aturan ketat soal protokol kesehatan, juga para pemain sudah divaksinasi. Kondisi itulah yang harusnya jadi pertimbangan.
“Kami menerima masukan jika klub saat ini telah banyak mengeluarkan biaya untuk kontrak dan gaji pemain serta pelatih. Mereka juga telah menggelar latihan internal sehingga khawatir jika kompetisi batal digelar lagi,” papar dia
Untuk itu, pihaknya mengaku ingin adanya peran aktif dari Kemenpora dan PSSI yang memperjuangkan nasib Liga 1. Keduanya bisa meyakinkan pihak terkait agar bisa menggulirkan kompetisi dengan protokol kesehatan yang ketat.
“PSSI misalnya bisa mengubah format kompetisi sehingga pelaksanaannya lebih singkat maupun memusatkan pelaksanaan kompetisi di wilayah zona hijau yang aman. Sehingga satu sisi kompetisi tetap berjalan, di sisi lain meminimalkan potensi terbentuknya klaster baru penularan Covid-19 karena sepak bola,” tutup dia.